PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan
sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena
itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra
Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Terutama bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dirasakan memang sangat penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan
pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa
yang kurang baik, maka akan dicontoh oleh anak-anak didiknya.
Dewasa ini, dari sekian banyak orang, yang bisa menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar amat sedikit. Bahkan yang lebih parahnya masi ada
diantara mereka yang sama sekali tidak bisa membaca (buta huruf). Oleh karena itu anak-anak harus belajar membaca
dari kecil karena membaca angat penting. Dengan membacalah kita dapat berbagai
macam pengetahuan. Disinilah peran seorang guru/pendidik yang harus memberantas
buta huruf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara membaca dengan sastra
dalam pengembangan pembelajaran membaca berdasarkan karya sastra anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui hubungan antara membaca dengan sastra
dalam pengembangan pembelajaran membaca berdasarkan karya sastra anak
BAB III
MEMBACA DAN SASTRA ANAK
A. Pengertian Membaca dan Sastra
Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
bernalar, berkomunikasi, dan menggunakan pikiran juga perasaan, serta membina
persatuan dan kesatuan bangsa. Di SD, khususnya di kelas 1 dan 2 diutamakan
pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia sederhana melalui membaca, menulis,
mengarang dan imla (dikte) dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. Untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan bahasa, dalam
kegiatan kegiatan belajar di kelas 1 dan 2 diberikan pengetahuan sederhana
tentang lingkungan alam dan sosial.
Menurut Spodek dan Saracho, membeca merupakan proses mendapatkan makna dari
barang cetak. Ada dua cara yang ditempuh dalam membaca untuk memperoleh makna
dari barang cetak yaitu :
1. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual
dari tulisan dengan maknanya.
2. Tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam
kata dan menghubungkannya dengan makna.
B. Kaitan Membaca dan Sastra
Sartra berfungsi menghibur dan sekaligus mendidik, sehingga
paling sedikit yang diperoleh dari sastra yaitu memahami kebutuhan akan
kepuasan pribadi dan pengembangan kemampuan bahasa. Kepuasan pribadi anak-anak
setelah membaca karya sastra sangat penting, artinya selain mereka diminta
menguasai keterampilan membaca selanjutnya karya sastra juga berfungsi
mengembangkan wawasan.
Dalam fungsi karya sastra dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa dapat disebut sebagai nilai pendidikan.
Banyak hasil pendidikan yang menunjukan keefektipan karya sastra dalam
mengembangkan kemahiran berbahasan. Misalnya: Sorolski dkk, menemukan bahwa
buku bergambar yang baik dapat merangsang peningkatan pikiran dan perasaan anak
secara lisan.
1. Sastra anak-anak dan pengembangan keberwacanaan
Kebewaraan adalah kemampuan membaca dan menulis dalam menunaikan
tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia kerja dan kehidupan diluar sekolah
(Tompkins, 1991:81). Pengembangan membaca dan menulis telah diamanatkan di
dalam kurikulum Pendidikan Dasar khususnya pendiikan dasar yang diselenggarakan
di SD.
Pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan membeca dan
menulis (Kurikulum Pendidikan Tahun 1994). Pengembangan keberwacanaan dapat
dilaksanakan melalui pemanpaatan ini anak-anak sebagai media pembelajaran
membaca dan menulis. Pemanpaatan ini didasarkan pada asumsi bahwa sastra dapat
mengembangkan bahasa, sastra dapat mengembangkan bahasa anak (Huck, 1987: Ellis,
1989)
Istilah keberwacanaan merupakan terjemahan “Literacy” dari bahasa
Inggris. Semula, literacy diartikan sebagai pengetahuan tentang cara
membaca (keberaksaraan) tetapi kemudian karena tujuan yang diharapkan bukan
sekedar mengenal aksara atau tulisan. Para guru memperkrnalkan komputer pada
anak SD dan mengembangkan keberwacanaan komputer (computer literacy).
Bagaimanapun, keberwacanaan adalah suatu alat atau sarana yang dipakai
untuk belajar tentang dunia dan untuk berperan penuh dalam masyarakat.
2. Awal keberwacaan
Keberwacanaan adalah proses yang dimulai sebelum pendidikan dasar berlanjut
kemasa dewasa. Keberwacanaan dilakukan pada anak berumur 5 tahun atau pada saat
memasuki taman kanak-kanak. Sebagai “persiapan” untuk pembelajaran membaca dan
menulis yang akan dimulai secara formal pada tingkat pertama.
Imflikasi dari hal ini adalah bahwa dalam perkembangan anak-anak ada
saat-saat yang tepat untuk mengajari mereka membaca. Persfektif tentang cara
anak menjadi anak itulah yang disebut awal keberwacanaan (emergency
literacy).
Berdasarkan keberwacanaan ditentukan oleh 4 komponen, atau 4 elemen umum
yaitu:
1. Pesan tekstual (textual intent)
2. Daya tawar (negotiability)
3. Bahasa digunakan untuk meningkatkan bahasa (language
use to tinetune language)
4. Pengambilan risik (risk takinag)
3. Fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan
Pada bagian awal tulisan ini dikemikakan bahwa keberwacanaan mnengacu pada
kemampuan membaca dan menulis. Terkait dengan dua kemampuan inilah fungsi
sastra anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan dijelaskan dengan
memanfaatkan informasi (Huck, 1987: 15-16) menyimak cerita dapat memperkenalkan
anak pada pola-pola bahasa dan mengembangkan kosakata serta maknanya, peran
membaca juga cukup signifikan dalam pengembangan menulis.
Smith mengetakan pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat
dikembangkan dalam menulis saja tetapi menuntut aktifitas membaca dan kegemaran
membaca. Hanya dari bahasa tulis orang lain anak-anak dapat mengamati dan
memahami konvesi serta gagasan secara bersama-sama (Huck, 1987).
C. Sastra Sebagai Landasan
Pengembangan Membaca
Program pembelajaran sastra yang berlandaskan sastra menggunakan berbagai
endekatan dan strategi untuk membentu keterampilan berbahasa. Pembelajaran
bersifat terpadu yang sudah diterapkan dalam situasi kelas yang bagaimanapun.
Jadwal membaca tiap hari dapat digabarkan dengan cara, yaitu waktu dua jam
dipandang sudah sesuai karena keterampilan berkomunikasi dalam bidang membaca,
menulis, menyimak dan berbicara diajarkan secara terpadu.
1. Kegiatan membaca sastra dapat dilakukan dengan
cara:
a) Kegiatan terarah
Guru memerlukan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan
tertentu kepada kelompok anak atau seluruh anak di kelas. Dalam keseluruhan
program pembelajaran bahasa kegiatan terarah kadang-kadang berwujud
pembelajaran strategi membaca. Misalnya murid menanggapi ilustrasi cerita,
membuat ilustrasi hasil karya sastra sendiri, mendemonstrasikan peristiwa dan
sebagainya.
b) Kegiatan bebas
Anak-anak perlu sekali diberikan kesempatan untuk memprakarsai
kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membuat keputusan, mengatasi
masalah, dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar, mereka sendiri dapat
mempersiapkan anak-anak menghadapi tuntutan dunia kerja dalam kehidupan yang
sebenarnya.
c) Kegiatan murid-guru
Diadakan diskusi antara murid dan guru untuk menolng anak-anak yang
memerlukan peningkatan dalam hal keterampilan khusus atau pemahaman. Melalui
diskusi-diskusi, murid dengan guru dapat mengumpulkan informasi penting
mengenai minat anak, sikap terhadap kegiatan membaca dan perkembangan dalam
keterampilan membaca dan keterampilan berpikir.
Diskusi murid dan guru tersebut hendaknya mengandung hal-hal berikut:
1. Diskusi dapat difokuskan pada unsur-unsur bacaan,
konsep atau permasalahan yang ada dalam bacaan pengarang atau jenis karya
sastra.
2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada
hal-hal tertentu sehingga murid yang bersangkutan terlihat dalam kegiatan
berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi).
3. Membaca nyaring bagian bacaannya dipilih sendiri
oleh murid yaitu bagian yang dia sukai.
4. Diskusi difokuskan pada proses pemilihan kegiatan,
rencana untuk mengatasi hambatan penyelesaian tugas.
5. Saran untuk kegiatan membaca selanjutnga dan
petunjuk mengenai pengembangan ketermpilan.
2. Karakteristik sastra sebagai bahan ajar kemampuan
berbahasa
Sebagai bahasa ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
bahan bahasa ajar yang lain, yaitu bahasa, struktur teks, isi pesan, asfek
kejiwaan yang ditumbuhkembangkan dan strategi perangkapan isi teks yang
diperlikan.
Bahasa teks sastra berciri kontatif atau kiasan, dilihat dari aspek
semantis yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari segi bahasanya,
banyak mengandumg majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi dan deskrifsi.
Dilihat dari isi, teks sastra mengandung pesan-pesan kemanusiaan, pesan-pesan
ini bersifat tidak langsung.
Dilihat dari struktur teksnya, teks sastra mengandung karakter/tokoh, alur,
peristiwa, setting, dan sudut penceritaan. Aspek kejiwaan meliputi daya nalar,
kepekaan emosi, daya imajinasi, perluasan wawasan dan daya kreasi. Daya nalar
ditumbuh kembangkan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap permasalahan
kemanusiaan dan lingkungan hidup. Emosi ditumbuh kembangkan melalui penghayatan
karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Daya imajinasi ditumbuh
kembangkan melalui kegiatan berpikir asosiatif yakni mengasasikan peristiwa
yang disuguhkan dalam teks sastra yang dibacanya dengan peristiwa sehari-hari.
Daya kreasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan berpikir divergen (yang
diarahkan untuk menumbuh kembangkan kebersamaan dan kemampuan anak mengemukakan
pendapat), kegiatan berpikir rekreatif, dan kegiatan kreatif. Wawasan yang
dimaksudkan disini adalah berkembangnya wawasan anak yang diakibatkan oleh
aktifitas belajar yang telah dilakukannya.
Pembaca sastra memerlukan strategi baca yang berbeda dengan strategi
membaca teks-teks nonsastra, itu disebabkan oleh bahasa sastra bersifat
konotatif/kias, yang berarti pesan disajikan oleh pengarang secara terselubung.
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yaitu nilai keindahan dan nilai
moral akan meresap dan berkembang dalam diri anak secara alami.
Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk
sikap-sikap yang positif, dan menyadari hubungan dengan manusia. Lewat karya
sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka misalnya dengan
membaca karya sastra yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga
disayang oleh gurunya dan teman-temanya, anak akan mengerti bahwa mereka harus
bersukap seperti itu agar banyak yang sayang.
3. Pemanfaatan Bahan Ajar
Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan Berbahasa
Pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pengajaran yang
demikian pada hakekatnya adalah pengajaran yang dimaksudkan untuk membentuk
kompetensi komunikasi. Kompetensi ini memiliki empat unsur pokok yaitu pengetahuan
dan penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi, morfologi, sintaksis maupun
sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya,
berfungsi sebagai wahana penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada anak.
Kompetensi yang dimaksud disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan
kompetensi komunikasi bahasa yang lain yang berarah emotif-imajinatif.
Pengajaran bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami
karakteristik bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan
karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis
bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:
a. Komunikasi ini
bersifat tidak langsung
b. Kehadiran
penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang ditulisnya
c. Konteks
komunikasi sastra berdimensi ganda
d. Ada jarak antara
realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan antara teks sastra
dengan penulisnya.
Pengajaran sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
a. Pengajaran tentang
sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.
b. Pengajaran
sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa harus langsung
dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan membaca.
Kegiatan memahami meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan, memproposikan,
mencari hubungan, menemukan pola, menarik kesimpulan dan menggeneralisasi.
4. Kedudukan pengajaran sastra dalam kurikulum 1994,
dalam kurikulum 1994, tujuan dibagi atas:
a) Tujuan umum pengajaran, yakni tujuan yang harus
dicapai oleh pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.
b) Tujuan khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa
menguasai dan mengembangkan kemampuan-kemampuan reseptif.
c) Tujuan khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa
menguasai dan mengembangkan kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan
apresiasi itu sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra Indonesia
serta dapat mengkomunukasikan secara lisan dan tulisan. Tetapi juga pengajaran
lewat sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.
D. Pengembangan Pembelajaran Membaca
Berdasarkan Karya Sastra
1. Pendekatan untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Menurut teori Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak
memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan, selanjutnya memudahkan mereka juga
dapat bervariasi bacaannya. Mereka akan memiliki apresiasi terhadap karya
sastra dan kemumgkinannya mereka menjadi pembaca sepanjang hidupnya (North,
1989: 426). Murid-murid perlu diberi
kesempatan untuk membaca karya sastra yang mereka pilih sendiri, di samping
kegiatan membaca dengan pengarahan guru. Pendekatan-pendekatan yang dapat
diterapkan antara lain membaca dalam hati dalam waktu yang relatif lama tanpa
diganggu, kelompok membaca.
2. Model Pegembangan
Keberwacanaan Melalui Sastra
a. Model
perencanaan pengembangan
Komponen-komponen pembelajaran yang perlu direncanakan meliputi tujuan
pembelajaran, bentuk dan sifat pembelajaran, bahan pembelajaran serta prosedur
pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7). Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum
pengajaran. Bentuk prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok
dan individu. Agar epektif dibutuhkan kerjasama antara murid dan guru meliputi
kelompok kecil dan individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi aktivitas jangka
pendek, jangka lama, dan aktivitas pojok belajar. Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-gambar
pendukung media.
b. Strategi pengembangan
Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang didasarkan
pada uraian Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature, untuk
mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-buku sederhana
dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya. Dalam memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin
tersedianya bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan
membimbing dan memberikan bimbingan individu pada siswa yang nerusaha
menerapkan latihan pada buku latihannya.
Jenis strategi diantaranya yaitu:
1) Teknik Cloze
a. Ringkasan Model Burgs (RBM)
RBM
dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui dua cara; pertama
siswa belajar melalui ringkasan bukan dengan teks asli, kedua kata-kata
terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga disajikan sebagai
permainan.
b.Tangga cerita
(story ladders)
Tangga cerita
dibciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang bagian akhir kalimatnya
dihapus. Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri lanjutannya tapi bukan kalimat
aslinya. Anak akan senang memprediksi cerita sebelum membaca dan merevisinya
setelah membaca.
2) Teknik skala
Skala penilaian
dikembanngkan dengan daftar pasangan kata yang berlawanan seperti, baik/jahat,
hangat/dingin, cepat/lambat dan berat/ringan. Selanjutnya anak diminta menilai
tokoh cerita dengan skala yang dibuat oleh guru. Latihan ini dapat membantu
siswa yang berekspresi dalam tulisan.
c. Pengajaran Sastra Indonesia
Pengajaran sastra Indonesia merupakan suatu sistem yang didalamnya
mengandung beberapa komponen, maka problematik yang ada dalam pembelajaran
sastra di SD dapat bersumber pada komponen-komponen berikut ini:
1) Tujuan
Sejak kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD 1994
seperti sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam
pengajaran bahasa Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa Indonesia
adalah:
- sarana pembinaan kesatuan
dan persatuan bangsa
- sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya
- sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.
Tujuam megenai sastra yaitu:
¨ Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk puisi, prosa dan
drama.
¨ Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa lainnya.
2) Isi materi pelajaran
- materi pelajaran harus
relevan terhadap tujuan intruksional yang jarus dipakai
- materi pelakaran haru
sesuai taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa
- materi pelajaran harus
dapat menunjang motivasi siswa
- materi pelajaran harus
membantu untuk melihat diri secara aktif, baik dengan berpikir atau
dengan mengadakan kegiatan
- msteri pelajaran harus
sesuai dngan prosedur didaktik yang diikuti
- materi pelajaran harus
sesuai dengan media pengajaran yang tersedia
Dengan demikian apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran itu
menyediakan bacaan yang bermutu, memberi kebenasan kepada anak untuk memilih
bacaan yang disukainya.
3) Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengajaran
satra di kelas, guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara propesional.
Guru harus memiliki 10 kopetensi yaitu:
- Kemampuan menguasai bahan
materi bidang study.
- Kemampuan mengelola
program belajar mengajar.
- Kemampuan mengelola kelas.
- Kemampuan menggunakan
media dan sumber.
- Penguasaan
landasan-landasan pendidikan.
- Kemampuan mengelola
interaksi belajar megajar.
- Kemampuan menilai
kemampuan siswa.
- Pengenalan fungsi dan
program layanan dan bimbingan dan konseling di sekolah.
- Pengenalan dan
penyelenggaraan admisistrasi sekolah.
- Pemahaman prinsip-prinsip
dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
4) Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran sastra.
Dalam pengajaran siswa di SD, problem yang berkaitan dengan siswa yang dapat di
identifikasi antara lain motivasi minat belajar sastra, serta lingkungan
belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat siswa belajar yang rendah tidak
terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena lingkungan merupakan sarana yang
sangat mempengaruhi dalam belajar sastra. Tujuan utama pengajaran sastra
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman
bersastra baik secara reseptif maupun secara produktif. Siswa juga diberi
pengetahuan tentang lukisan, lagu, melukis, selanjutnya bersastra.
5) Bentuk kegiatan belajar mengajar
Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah dasar,
sastra jangan dipandang sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi sebagai
suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman, yang menyenangkan, menyedihkan,
lucu, menakutkan dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2 pendekatan; pertama
bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan
bidang study yang lainnya; kedua bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra
sebagai suatu yang kehadirannya untuk dinikmati dan memberikan kesenangan.
Karena kedua pendekatan itu bertentangan untuk itu yang lebih sesuai adalah
menggabungkan kedua pendekatan tersebut karena muara terakhir pengajaran sastra
adalah terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap sastra yang disadari oleh
pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.
6) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah penting.
Perpustakaan dan kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat menunjang
kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula media dan alat-alat pengajaran yang
lengkap sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sastra. Problem yang dapat
di identifikasi adalah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah-sekolah SD.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin yamg lebih penting
ladi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama adalah membaca.
Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal pertama yang harus kita pelajari
adalah membaca, kemudian kita akan dapat menulis juga menghitung serta
merangkai berbagai macam kalimat. Jika begitu kita akan dapat membacakan
karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan untuk mengembangkan
kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
B. Saran
Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan
diantaranya:
1. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar ketika memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
2. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya
senang, suka, juga nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi
dengan baik dan tidak merasa terpaksa.
3. Belajarlah terus agar menjadi guru yang
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’udin,
Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. 2002. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang : Penerbit Universitas
Negeri Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar