A. Pendahuluan
Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.
Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru.
Kegiatan belajar- mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang
diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru
diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di
sekolah.
Namun Ada kecendrungan dewasa ini untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil
Dalam
kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru
datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pengertian
pendekatan Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual
Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
- Merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan
/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
- Merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat
C. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan
kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar
sebagai berikut.
1. Proses belajar
- Belajar tidak hanya sekedar
menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
- Anak belajar dari mengalami.
Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan
diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa
pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman
yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan
yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami
sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan
itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk
apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan
itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan
untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai
kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting.
Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk
hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru)
membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar
informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan
strategi mereka sendiri.
4.
Pentingnya Lingkungan Belajar
- Belajar efektif itu dimulai
dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada
bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar
lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi
siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
D. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di
Kelas
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
E.
Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1.
Konstruktivisme
(constructivism).
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu
proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya
·
Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
·
Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
Inquiry
(Inquiry).
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari
observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion)
·
Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
·
Siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.
Questioning
(Bertanya)
(Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya
berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)
membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak
lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
·
Kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·
Bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.
Learning
Community (Masyarakat Belajar)
(Learning
Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat
belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
·
Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
·
Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
·
Tukar
pengalaman.
5.
Modeling
(Pemodelan)
Pemodelan
pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari
luar.
·
Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
·
Mengerjakan
apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6.
Reflection
( Refleksi)
(Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
·
Cara
berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
·
Mencatat
apa yang telah dipelajari.
·
Membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7.
Authentic
Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya (
Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.
·
Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
·
Penilaian
produk (kinerja).
·
Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual
F. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
- Kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan, tidak membosankan
- Belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif
- Sharing dengan teman
- Siswa kritis guru kreatif
- Dinding dan lorong-lorong penuh
dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
- Laporan kepada orang tua bukan
hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan
siswa dan lain-lain
G. Menyusun Rencana Pembelajaran
Berbasis Kontekstual
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
dan authentic assessmennya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional),
sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Atas
dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
- Nyatakan kegiatan pertama
pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan
gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
- Nyatakan tujuan umum
pembelajarannya.
- Rincilah media untuk mendukung
kegiatan itu
- Buatlah skenario tahap demi
tahap kegiatan siswa
- Nyatakan authentic
assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
H. Kelebihan
dan kekurangan pendekatan Kontekstual
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
I. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki berbagai keunggulan di
antaranya: (1) siswa
terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi pramenulis
laporan dan menulis laporan, (2) siswa penuh
dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema, (3) siswa
berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak sesuai
dengan pendapat mereka, (4) siswa
terlatih untuk belajar ’sharing ideas’
saling berbagi pengetahuan dan
berkomunikasi, (5) siswa dapat
memberikan contoh melakukan pengamatan
terhadap suatu objek di lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias
untuk memperoleh data seoptimal mungkin, (6) refleksi
yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun dalam setiap akhir
pembelajaran berlangsung, (7)
penilaian
menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, seperti: presentasi atau
penampilan siswa selama: berdiskusi, melakukan observasi, mendemonstrasikan,
dan hasil menulis laporan; selain itu, setiap siswa melakukan penilaian
terhadap laporan yang yang ditulis oleh temannya.
Pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual merupakan
upaya yang ditempuh guru untuk memberikan motivasi pada siswa agar siswa lebih
aktif, kreatif, dan dapat memberdayakan kemampuan dirinya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
bro...mantap..
BalasHapusambil referensinya dari mana ???
boleh minta daftar referensi@ mas?
BalasHapusMakasih referensinya.. :)
BalasHapus