Rabu, 21 Desember 2011

TEORI BELAJAR GAGNE



Teori belajar gagne termasuk dalam psikologi tingkah laku atau psikologi stimulus respon.
Menurut gagne ( dalam Hudoyo, 1988:19),
Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi baru. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia setelah melalui proses. Perubahan tingkah laku terjadi karena suatu pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau kematangan. Dengan demikian belajar terjadi bila seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang datang dari luar dirinya. Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku seesorang sebagai hasil belajar hanya terjadi apabila orang tersebut mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Berkaitan dengan ini Gagne (Dahar, 1989:162) mengemukakan bahwa penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan( capabilities). Kemampuan yang dia miliki sebagai manusia karena ia belajar disebut kapabilitas.
Menurut gagne ada 5 kapabilitas, yaitu:
1.      Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dsb. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh, siswa dapat menyebutkan dalil Phitagoras yang berbunyi
‘ pada segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan kuadrat jumlah sisi siku-sikunya”.
2.      Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas ketrampilan intelektualmenurut gagne dikelompokkan dalam8 tipe belajar.yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling komplek (belajar pemecahan masalah).
3.      Strategi kognitif
Kapbilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingak laku akibat kapabilitas strategi kognitif adalah menyusun langkah-langkah penyeselaian masalah matematika.
4.      Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Repon yang diberikan seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin juga negative, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek penting atau tidak. Contoh : sesorang memasuki took buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, tentunya sikap terhadap matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika atau buku lain selain matematika.
5.      Ketrampilan motorik
Untuk mengetahui seseoang memiliki kapabilitas ketrampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancarakan gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapailitas ini. Conoh lain yang lebih sederhana misalnya : kmempuan menggunakan penggaris,  jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk membagi sama panjang garis lurus.
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Gain attention (memelihara perhatian)
Dengan stimulus ekster kita berusaha membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar. Selain itu juga bisa dilakukan dengan menciptakan suara-suara tertentu, atau memberikan pertanyaan yang menantang minat siswa. Misal, guru akan membahas materi tentang Kesebangunan. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membeikan pertanyaan tentang pernahkah siswa melihat bentuk disekitar yang merupakan kesebangunan?
2.      Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran)
Menjelaskan kepada murid tujuan dan hasil apa yang diharapkan setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal. Dalam penerapannya, guru memberikan tujuan pengajaran kesebangunan. Sehingga siswa dapat lebih kreatif dalam desain.
3.      Stimulate recall of prior learning (merangsang murid)
Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.
4.      Present the content (menyajikan stimuli)
Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran sehingga murid menjadi lebih siap menerima pelajaran. Pada pembelajaran dengan memberikan contoh gambar kepada siswanya, sehingga siswanya dapat mengingat kembali informasi yang pernah didapatkan.

5.      Provide "learning guidance" (memberikan bimbingan)
Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar. Guru sebagai salah satu sumber belajar memberikan informassi dan materi tentang kesebangunan.
6.      Elicit performance /practice (pemantapan apa yang dipelajari)
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu. Setelah materi disampaikan, guru memberikan latihan-latihan soal untuk siswanya dengan tujuan untuk memperlancar siswa dalam memecahkan soal yang berkaitan dengan kesebangunan.
7.      Provide feedback (memberikan feedback)
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak. Melakukan konfirmasi kepada siswanya tentang hasil pembelajaran dan latihan soal yang diberikan.
8.      Assess performance (menilai hasil belajar)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal. Misal dengan memberikan tes formatif, tentang kesebangunan.
9.      Enhance retention and transfer to the job  (mengusahakan transfer)
      Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain. Memberikan konfirmasi dan aplikasi tentang kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menerapkannya.
Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya
Pendapat kelompok kami:
Dalam pembelajaran matematika SD teori Gagne bisa menjadi salah satu metode agar siswa lebih bisa menguasai matematika. Dengan teori Gagne, guru dituntut untuk memberikan metode dan strategi yang bervariasi. Mengikuti kemampuan dan kebutuhan siswanya. Sehingga pembelajaran tidak berlangsung dengan monoton dan membosankan. Kelebihan teori ini juga mementingkan stimulus dan respon. Namun, kekurangannya hanya mementingkan hasil yang ingin dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar