Selasa, 08 Januari 2013

ruang lingkup membaca sekolah dasar


Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis. 
empat itu dibagi lagi menjadi 2 bagian besar yaitu keterampilan menerima (reseptif) dan keterampilan mengungkap atau produktif. keterampilan reseptif sendiri terdiri dari keterampilan membaca dan menyimak, sedangkan keterampilan produktif atau mengungkapkan sesuatu meliputi keterampilan berbicara dan menulis, seperti yang diungkapkan Muchlisoh  (1992: 119.)

by : Ibnu Rosid

Senin, 05 November 2012

manfaat apresiasi sastra



1.      Nilai personal
Memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional.
2.      Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra (Huck 1987 dalam Abraham).

Rabu, 06 Juni 2012

Y


Prinsip demokratis : merupakan proses membantu, menurut Surya (1988:9) dengan perkataan “membantu” bukan berarti suatu paksaan.
Prinsip berkesinambungan kegiatan dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana dan terarah pada tujuan.
Prinsip perbedaan individual : hal ini berarti bahwa individu harus dapat memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya dan mewujudkan dirinya sesuai kepastian klien sebagai anggota masyarakat.
Prinsip pribadi seutuhnya : titik tolak prinsip ini pada dasarnya senada dengan prinsip perbedaan individual, yaitu berangkat dari tujuan bimbingan
Prinsip berpusat pada pribadi : hal ini mengandung pengertian bahwa di dalam proses bimbingan yang paling berhak memilih, merencanakan adalah klien sendiriDengan memperhatikan kata- kata kunci dari berbagai rumusan tersebut, untuk keperluan penelitian dibatasi menjadi 7 prinsip, yaitu:
Prinsip demokratis
Prinsip berkesinambungan
Prinsip perbedaan individual
Prinsip perbedaan seutuhnya
Prinsip terpusat pada terbimbing
Prinsip interdisiplin
Prinsip bimbingan bagian integral pendidikan



1)      Tujuan bimbingan konseling :
Membantu siswa mengembangkan pemahaman diri, sesuai kecakapan, minat, hasil belajar dan kesempatan yang ada.
Membantu siswa menjalani proses sosialisasi dan personalisasi nilai- nilai  dan mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan dan keadaan orang lain.
Membantu siswa mengembangkan motif intrinsik dalam belajar sehingga tercapai tujuan pengajaran yang bermakna.
Menumbuhkan dorongan untuk mengarahkan diri, memecahkan masalah, menentukan pilihan dan keputusan.
Membantu siswa mengembangkan sikap dan nilai.
Membantu siswa dalam memahami perilaku orang lain.
Membantu siswa memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri terhadap masyarakat.



2)      Fungsi bimbingan dan konseling :
Fungsi pemahaman : yaitu memahami karateristik siswa.
Fungsi pengembangan : yaitu membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan dan kemampuan yang dimiliki.
Fungsi pencegahan : yaitu mencegah individu dari hal- hal yang tidak di kehendaki.
Fungsi penyembuhan : yaitu membantu memecahkan masalah yang dihadapi.
Fungsi penyesuaian : yaitu membantu individu untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat.
Fungsi adaptasi : yaitu penyesuaian program kegiatan terhadap kemampuan dan kondisi individu.
Fungsi penyaluran : yaitu membantu individu dalam memilih bidang- bidang pendidikan dan pekerjaan.



MASALAH MURID SD


Masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
Masalah keluarga dan rumah tangga.
Masalah-masalah psikologis.
Masalah-masalah sosial.
Masalah kesulitan dalam belajar.

Masalah-masalah penyesuaian tingkah laku
 
Masalah-masalah emosional
Masalah-masalah moral
Masalah belajar
Masalah-masalah sosial kejiwaan
Penanganan Masalah Murid Sekolah Dasar
Gambaran Masalah
Latar Belakang dan Latar Depan Masalah
Pengumpulan Data
Usaha Pencegahan
Usaha Pemecahan Masalah
Pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan masalah



Masalah-masalah belajar

Sangat cepat dalam belajar
Keterlambatan akademik
Lambat belajar
Penempatan kelas
Kurang motivasi dalam belajar
Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
Kehadiran di sekolah



Faktor-faktor yang bersumber dari siswa itu sendiri
Tingkat kecerdasan rendah
Kesehatan sering terganggu
Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik
Gangguan alat perseptual
Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik

Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai
Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya
Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak
Orang tua pilih kasih terhadap anak
Hubungan keluarga tidak harmonis
Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah dan masyarakat
Pengajaran Perbaikan
Pengajaran Pengayaan
Pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Meningkatkan motivasi murid untuk belajar
Prosedur Bimbingan
Langkah pertama : Kenalilah siswa yang mengalami kesulitan belajar
Langkah kedua : Bagaimana sifat dan jenis kesulitannya ?
Langkah ketiga : Apa latar belakangnya ?
Langkah keempat : Bagaimana kemungkinan-kemungkinan usaha bimbingan ?
Langkah kelima : Pelaksanaan pemberian bimbingan
Langkah keenam : Bagaimana hasilnya ?

Langkah-langkah bimbingan belajar yang dapat dilaksanakan oleh para

guru/ guru pembimbing adalah sebagai berikut :
Pengumpulan informasi tentang diri siswa
Pemberian informasi
Penempatan
Identifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar
Memperkirakan faktor penyebab kesulitan (diagnosa)
Memperkirakan cara pemecahan (prognosis)
Melakukan remedial atau bantuan (treatment)
Evaluasi dan tindak lanjut

Minggu, 03 Juni 2012

PTK PKn tentang upaya meningkatkan hasil belajar pendidikan kwarganegaraan


KELAS X-1 SMA ISLAM AL HIKMAH MAYONG SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

RPP kelas 6 smt 2


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )


Sekolah                               :   SD kutowinangun Salatiga 09
Mata Pelajaran                  :   Matematika
Kelas/Semester                  :   VI/ 2
Pertemuan Ke                   :   1- 3
Alokasi Waktu                   :   6 x 35 menit


A.    Standar  Kompetensi      :          
5.  Melakukan operasi hitung pecahan dalam   pemecahan masalah

B.     Kompetensi Dasar          
5.1 Menyederhanakan dan mengurutkan pecahan

C.    Tujuan Pembelajaran**            
Peserta didik dapat :
§  Mengenal berbagai bentuk pecahan
§  Menyederhanakan pecahan

v  Karakter siswa yang diharapkan :   Disiplin ( Discipline ),
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
 Tekun ( diligence )  dan  Tanggung jawab ( responsibility )

D.    Materi Ajar         
Operasi Hitung Pecahan

E.     Metode Pembelajaran    
Demonstrasi, Tanya Jawab, Deduktif, latihan, Ekspositori

F.     Langkah-langkah Pembelajaran          

No.
Langkah Kegiatan
Pengorganisasian
Kelas
Waktu
1.
Pra Kegiatan: Berdoa bersama, melakukan presensi, penertiban siswa.
Klasikal
10 menit
2.
Kegiatan Awal:
Klasikal

·     Apersepsi:Bertanya jawab dengan siswa tentang operasi hitung pecahan.Misalnya:
1.      Pada waktu di kelas empat kalian sudah belajar pecahan, Apa yang dimaksud dengan pecahan?
2.      Anak-anak jika Kalian mempunyai sebuah roti, kemudian ada teman meminta  roti tersebut.kemudian kalian bagi menjadi 2 bagian yang sama,jadi berapa bagian yang kalian makan setelah dibagi menjadi 2 tersebut?

Klasikal

·     Eksplorasi Materi:Menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan di bahas.
Klasikal

·     Eksplorasi  Tujuan: Menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini dan bagaimana langkah-langkah mencapainya.
Klasikal.

3.
Kegiatan Inti            :
·     Eksplorasi Konsep (Mengarah pada kegiatan Inkuiri)
·   Melakukan percobaan dengan menggunakan kertas berlipat untuk dapat membantu siswa memahami definisi pecahan yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari. Setelah selesai melakukan percobaan dan ditarik kesimpulan siswa di uji kemampuannya dengan mengerjakan soal latihan
·   Orientasi Terarah
Memfasilitasi media belajar berupa benda konkret berupa seperangkat kertas berbentuk persegi panjang, lingkaran pada setiap kelompok, dan LKS.
Mengondisikan siswa agar dapat dimanipulasi untuk menentukan pecahan senilai, dan menyederhanakan pecahan,
Mengondisikan siswa pada setiap anggota kelompok agar mampu mempresentasikan di depan kelas secara bergiliran dan bertanya jawab tentang hasil manipulasi model.
·     Pemahaman Konsep (Uraian)
Memandu diskusi tentang presentasi hasil kerja kelompok secara bergantian, untuk menyamakan persepsi mereka berdasarkan buku ajar yang mereka miliki.
·     Penerapan Konsep/(Integrasi)
Mengondisikan siswa untuk mengintegrasikan pengetahuannya dengan meninjau kembali materi yang dipelajari serta menyusun rangkuman materi pelajaran tentang mengubah pecahan ke bentuk lain yang senilai dan menyederhanakan pecahan.
Memberikan penguatan terhadap hasil kerja kelompok.
Klasikal/ klasikal
50 menit
4.
Kegiatan Akhir:
Klasikal.
10 menit

Simpulan        : Mengondisikan kelas agar siswa dengan bimbingan guru mencoba membuat simpulan dari ”konsep” yang telah dipelajari

Evaluasi   :  Melancarkan evaluasi dengan prosedur terlampir

Refleksi           : Mengondisikan siswa untuk merefleksi hal-hal yang terkait dengan kegiatan yang telah dan belum tersampaikan dalam pembelajaran.

Tindak Lanjut: Memberikan pendalaman/pengayaan tentang materi unsur-unsur bagun geometri datar untuk dipelajari secara mandiri.





G.    Alat/Bahan dan Sumber Belajar
§  Permana, A Dadi, dkk. 2008. Bersahabat dengan Matematika 6.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
§  Matematika SD untuk Kelas VI  6B Esis
§  Matematika Progesif  Teks Utama SD Kelas 6
§  Kertas berlipat

H.    Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
o  Mengenal berbagai bentuk pecahan
o  Menyederhanakan pecahan
o  Mengurutkan pecahan

Tugas Individu
dan Kelompok

Isian

o 
o  0,8 -
o  125 x 7
o  dst.


G. LAMPIRAN:
·         RANGKUMAN MATERI
·         LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)
·         SOAL, KUNCI JAWABAN, PEDOMAN PENSKORAN
·         LEMBAR PENGAMATAN
·         RUBRIK PENILAIAN



Lampiran I
Rangkuman Materi

A.   Mengubah Pecahan Menjadi Pecahan yang Senilai
Kita dapat mengubah suatu pecahan menjadi pecahan lain yang senilai dengan cara mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama, kecuali nol.
Contoh :
 =  =                    pembilang dan penyebut dikali 2

 =  =                      pembilang dan penyebut dibagi 2

=  =                       pembilang dan penyebut dibagi 4
C.     Mengubah pecahan ke bentuk desimal
Pecahan biasa dapat diubah ke bentuk pecahan desimal. Caranya yaitu membagi pembilang pecahan dengan penyebut pecahan. Pembagian dapat dilakukan dengan cara bersusun.
Contoh:
Ubahlah pecahan  menjadi bentuk desimal!
Jawab:
            Langkah 1:
            Ubahlah pecahan  menjadi kelipatan sepuluh (10, 100, 1000, dan seterusnya)
           
            Langkah 2:
            Ccarilah pecahan yang senilai dengan dan berpenyebut 10
                  Pembilang dan penyebut dikali 2     
Jadi bentuk desimal dari  adalah 0,8


Lampiran II
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Satuan Pelajaran            : Matematika
Kelas                              : VI (enam)
Semester                        : II (dua)
Kompetensi                               :Mampu mengubahpecahankebentukpecahan lain yang senilai dan menyederhan akan pecahan
Lampiran III

Lembar Evaluasi Siswa
Satuan pelajaran          : Matematika
Kelas                           :VI (enam)
Semester                      : II (dua)
Nama                          : ……………………………………

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang tersedia!
Penentuan SMI
SMI (Skor Maksimal Ideal)    = SMI soal PG + SMI soal JS
                                                =  (Jumlah soal PG x Bobot tiap soal) + (Jumlah soal JS x
                                                    Bobot tiap soal)
                                                = (10 x 1) + (3 x 2)
                                                = 10 + 6
                                                = 16
Penentuan SMA
SMA (Skor Maksimal Aktual) = Jumlah jawaban benar x bobot soal

Penilaian









Lampiran IV
Lembar Pengamatan

NO.

NAMA SISWA
ASPEK YANG DINILAI
KEAKTIFAN
KETEPATAN
KEBERANIAN
A
B
C
A
B
C
A
B
C
1
Ajeng









2
Yusnia









3
Shofiya









4
Winda









5
Evita









6
Zenny









7
Ika









8
Caesar









9
Nuzulul









10
Briyan









11
Tyas









12
Fitri









13
Lubis









14
Yayan









15
Fina









16
Toha









17
Ria









18
Dita









19
Putri









20
Sunia










Keterangan:
A =  68 – 100 ( perlu deskripsi yang ditentukan dalam rubrik penilaian)
B =  34 – 67
C =  <  33
Rubrik/Kriteria Penilaian:
SKOR:
KEBERANIAN
85-100     = baik, jika siswa berani mengajukan pendapat dan sanggahan bermutu serta obyektif;
65-84       = cukup, jika siswa berani mengemukakan pendapat dan sanggahan tetapi kurang bermutu;
50-64       = kurang, jika siswa tidak pernah mengajukan pendapat sama sekali.
KEAKTIFAN
85-100     = baik, jika siswa aktif mengikuti kerja kelompok/diskusi dengan tekun tanpa ada perintah dari guru;
65-84       = cukup, jika siswa aktif mengikuti kerja kelompok/diskusi karena diperintah oleh guru;
50-64       = kurang, jika siswa tidak aktif(diam saja) sama sekali dalam kerja kelompok/diskusi.
KETEPATAN
85-100     = baik, jika siswa menyelesaikan masalah/mengerjakan soal dengan benar dan cepat (kurang dari waktu yang disediakan);
65-84       = cukup, jika siswa menyelesaikan masalah/mengerjakan soal dengan benar sesuai dengan jadwal waktu yang disediakan);
50-64       = kurang, jika siswa tidak benar (salah).dalam menyelesaikan masalah/mengerjakan soal